LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS INSTRUMEN
PERCOBAAN II
”PENENTUAN PARAMETER KINERJA ANALISIS
DALAM PENGUKURAN KONSENTRASI ION LOGAM
METODE SPEKTROFOTOMETER UV-VIS”
NAMA
: MASLAN MAPPATUNRU
STAMBUK : A1C4
14 025
KELOMPOK : II
A
LABORATORIUM PENGEMBANGAN JURUSAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Air
memegang peranan penting di dalam
kehidupan manusia dan juga makhluk hidup lainnya.
Oleh Manusia air dipergunakan
untuk minum, memasak, mencuci dan
mandi. Di samping itu air juga banyak
diperlukan untuk mengairi sawah, ladang, industri,
dan masih banyak lagi. Pencemaran
air adalah peristiwa masuknya zat, energi, unsur,
atau komponen lainnya kedalam air
sehingga menyebabkan kualitas air
terganggu. Kualitas air yang terganggu
ditandai dengan perubahan bau, rasa, dan warna.
Masalah utama yang dihadapi
berkaitan dengan sumber
daya air adalah kuantitas air yang sudah tidak mampumemenuhi kebutuhan yang
terusmeningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun
dari tahun ke tahun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak
negatif terhadap sumber daya air, termasuk penurunan kualitas air. Kondisi
ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagimahluk hidup yang
bergantung padasumber daya air (Effendi, 2003).
Penurunan kualitas air tidak hanya diakibatkan oleh limbah
industri, tetapi juga diakibatkan oleh limbah rumah tangga baik limbah cair
maupun limbah padat (Lallanilla, 2013). Air yang
mengandung besi cenderung menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi selain itu
dalam dosis yang besar dapat merusak organ-organ dalam pada tubuh manusia. Besi
merupakan salah satu mineral penting yang
dibutuhkan manusia. Di dalam makanan, besi berupa ion-ion yaitu ion Fe 2+ dan Fe 3+. Adanya unsur besi di dalam
tubuh berfungsi untuk memenuhi kebutuhan akan unsur tersebut dalam mengatur
metabolisme tubuh dan pembentukan sel darah merah, namun jika jumlah yang
dikonsumsi terlalu berlebihan maka akan membahayakan kesehatan, seperti
menyebabkan kerusakan hati, diabetes, dan penyumbatan pembuluh jantung serta
berdampak buruk bagi lingkungan, seperti timbulnya warna coklat pada air.
Kadar
maksimal kandungan Fe dalam air minum,
menurut persyaratan yang diatur dalam Peraturan Daerah Jawa Timur No. 2 Tahun,
maksimal 0,3 mg/L. Analisis dilakukan pada kandungan besi pada perairan dan
sedimen, karena perairan dan sedimen itulah mengandung banyak ligan yang dapat
menyebabklogam berat bergabung (Harteman. E, Soedharma. D, Winarto. A, dan
Sanusi, 2008276). Untuk menguji kadar besi dalam perairan dan sedimen
dilakukan dengametode spektroskopi serapan atom (AAS/SSA). Unsur besi menyerap
pada panjangelombang 248,3 nm, karena cahaya pada panjang gelombang tersebut
mempunyenergi yang cukup untuk mengubah tingkat elektronik atom besi
(Khopka1990:283). Oleh karena
itu dilakukan percobaan mengenai Penentuan
Parameter Kinerja Analisis dalam Pengukuran Konsentrasi Ion Logam Metode
Spektrofotometer UV-VIS.
B. Tujuan
Praktikum
Tujuan praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat melakukan analisis
konsentrasi logam metode spektrofotometer UV-Vis dengan teknik kurva standar
dan dapat menghitung parameter kinerja dari suatu instrumen.
C. Prinsip
Percobaan
Prinsip percobaan kali
ini adalah ion Fe(III)
dapat ditentukan konsentrasinya secara spektrofotometer dengan cara direaksikan
dengan potassium sianida sehingga terbentuk kompleks yang berwarna yang
menyerap pada daerah visible. Untuk menentukan konsentrasi Fe pada sampel
menggunakan persamaan regresi yang diperoleh dari data pengukuran larutan
standar atau menggunakan persamaan Lambeert-Beer.
BAB II
TEORI PENDUKUNG
A. Spektrofotometri UV-Vis
Metoda
spektrofotometri uv-vis adalah salah satu metoda analisis kimia untuk
menentukan unsur logam, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.
Analisis secara kualitatif berdasarkan pada
panjang gelombang yang ditunjukkan oleh puncak spektrum (190 nm s/d 900
nm), sedangkan analisis secara kuantitatif berdasarkan pada penurunan
intensitas cahaya yang diserap oleh suatu media. Intensitas ini sangat
tergantung pada tebal tipisnya media dan
konsentrasi warna spesies yang ada pada media tersebut. Pembentukan warna
dilakukan dengan cara menambahkan bahan pengompleks yang selektif terhadap unsur yang ditentukan (Fatimah,
2009).
UV-Vis
spectrophotometry is one of the most frequently employed technique in
pharmaceutical analysis. It involves measuring the amount of ultraviolet or
visible radiation absorbed by a subtance in solution. Instrument which measure
the ratio, or function of ratio, of the intensity of two beams of light in the
UV-Vis region are called UV-Visible spectrophotometers. In qualitative
analysis, organic compound can be identified by use of spectrophotometers, if
any recorded data is available, and quantitaative spectrophotometric analysis
is used to ascertain the quantity of molecular species absorbing the radiation (Bahere.,
et al, 2012).
UV-Vis spektrofotometri adalah salah satu teknik yang
paling sering digunakan dalam analisis farmasi. Menggunakan jumlah radiasi
ultraviolet atau terlihat diserap dalam larutan. Instrumen yang mengukur rasio,
atau fungsi dari rasio, intensitas dua berkas cahaya di daerah UV-Vis disebut spektrofotometer
UV-Visible. Dalam analisis kualitatif, senyawa organik dapat diidentifikasi
dengan menggunakan spektrofotometer, jika ada data yang tercatat tersedia, dan
analisis spektrofotometri quantitaative digunakan untuk memastikan jumlah spesies
molekul menyerap radiasi (Bahere., et al,
2012).
B. Ligan
Perbedaan nilai potensial reduksi tersebut terutama
berkaitan dengan (1) muatan ion, dan (2) sifat spin ion besinya yang disebabkan
oleh perbedaan kuat medan ligan yang bersangkutan. Pada dasarnya ion logam
bermuatan tinggi. Untuk ion komplek pertama, bola koordinasi ligan menghaslkan
muatan negatif yang terlalu besar (6CN-) di seputar ion besi (II)
dan muatan ion total yang terlalu tinggi (-4) sehingga mengurangi stabilitas
muatan ion pusat. Tetapi ligan siano menghasilkan ligan yang kuat, sehingga ion
kompleks bersifat low-spin dengan energi penstabilan medan ligan yang lebih
besar dan komfikurasi elektronik yang relatif lebih simetri pada [Fe(CN)6]4--
d6 dibandingkan dengan kedua aspek tersebut pada [Fe(CN)6]3-
- d6. Dengan demikian, kompensasi kedua aspek imi
kurang saling mendukung untuk kestabilan kedua tingkat oksidasi dn akibatnya
nilai potensial reduksi ion kompleks ini agak rendah (Sugiarno dan
Suyanti, 2010).
C.
Logam
Besi merupakan logam
transisi yang sangat berguna dan logam yang sangat reaktif. Dalam keadaan
murni, besi tidak terlalu keras, tetapi jika ditambahkan dengan sedikit karbon
dan logam lainnya maka akan terbentuk alloy
baja yang kuat. Kadar besi dapat ditentukan dengan metode spektrofotometri
UV-Vis. Besi yang akan dianalisis, direduksi terlebih dahulu kemudian
dikomplekskan dengan senyawa pengompleks, sehingga menghasilkan warna spesifik.
Senyawa besi memiliki dua tingkat oksidasi, yaitu Fe2+ (ferro) dan
Fe3+ (ferri). Pengompleksan besi dengan menggunakan 1,10-fenantrolin
akan menghasilkan pewarnaan merah jingga, yang disebabkan pembentukan kation
kompleks [Fe(C12H8N2)3]2+.
Selain itu dalam penentuan larutan standar besi dengan 1,10-fenantrolin secara
spektrofotometri absorbansi tidak berubah dalam waktu tertentu (Dianawati,
2013).
D.
Thiosianat
Each
laboratory used in house validated test methodology for the measurement of
thiocyanate. In general, the aqueous phase was extracted from the milk samples
by the addition of acetonitrile for protein precipitation, followed by
defatting using a reversephase column filled with polydivinylbenzene polymer (or
equivalent degreasing column, or commercialized RP column). Then appropriate
aliquots of the samples and external standard solution (sodium thiocyanate)
were injected separately into an ion chromatograph, with electric conductivity
or UV detection. The analyte identification was based on the retention time with
respect to the standard peak, and the concentration of thiocyanate ion in test sample
were obtained from the peak area ratio with respect to the external standard.
The test method used at Analytica Laboratory included a stable isotope labeled
internal standard, protein precipitation with acetonitrile, dilution and tandem
mass spectroscopy detection (Young, et
al, 2016).
“Setiap laboratorium menggunakan metodologi uji divalidasi di rumah untuk
pengukuran tiosianat. Secara umum fasa air diambil dari sampel susu dengan
penambahan asetonitril untuk pengendapan protein, diikuti oleh defatting
menggunakan filled kolom reversephase dengan polydivinylbenzene polimer (atau
setara degreasing kolom, atau diperdagangkan RP kolom). Maka sesuai aliquots
sampel dan eksternal larutan standar (natrium tiosianat) yang disuntikkan
secara terpisah ke ion chromatograph, dengan konduktivitas listrik atau deteksi
UV. Analyte identification adalah berdasarkan waktu retensi sehubungan dengan
puncak standar, dan konsentrasi ion tiosianat dalam ujian sampel diperoleh dari
rasio daerah puncak sehubungan dengan standar eksternal. Metode tes yang
digunakan di laboratorium Analytica termasuk isotop stabil yang berlabel
internal standar, curah hujan protein dengan asetonitril, peleburan, dan tandem
spektroskopi massa deteksi” (Young, et
al, 2016).
E.
Teknik Kurva Standar
Metode analisa yang lazim digunakan dalam analisis suatu unsur secara
kuantitatif dalam pengukuran spektrofotometri pada umumnya menggunakan teknik
kurva kalibrasi. Tetapi pada metode tersebut terdapat kelemahan yang
dikarenakan adanya matrik dalam sampel tersebut sedangkan pada larutan standar
tidak adanya matrik, sehingga diperlukan metode lain yang diharapkan dapat
meminimalisir pengaruh dari kondisi tersebut. Presisi adalah ukuran kedekatan
nilai data satu dengan yang lainnya dalam suatu pengukuran pada kondisi
analisis yang sama. Nilai batas deteksi merupakan nilai batas konsentrasi
terendah dari analit yang masih dapat terdeteksi oleh alat spektrofotometer
(Suriansyah, 2012).
BAB
III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat
dan Bahan
1.
Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan
ini yaitu labu ukur 100 mL, 50 mL, 25 mL, tabung reaksi, pipet volume 25 mL,
botol semprot, filer, gelas beker 250 mL, dan batang pengaduk.
2.
Bahan
Bahan
yang digunakan dalam percobaan ini yaitu larutan induk Fe3+, larutan
HNO34M, larutan NH4SCN 1M, aquades, larutan CH3COONa
2M, larutan phenantrolin 1%, larutan hidroksil-HCl 2% dan HCl pekat.
B. Prosedur
Kerja
1.
Penentuan lmaksimum
kompleks Fe-SCN
a.
10 mL
larutan Fe3+25 ppm dimasukkan kedalam labu takar 25 mL
b.
Ditambahkan
1 mL HNO3 4M dan 4 mL larutan NH4SCN 1M
c.
Diencerkan
dengan aquades hingga batas tera
d.
Didiamkan
hingga terbentuk warna yang stabil
e.
Dimasukkan
kedalam kuvet
f.
Diukur
serapan pada panjang gelombang 400-520 nm
2.
Penentuan konsentrasi ion Fe3+
dengan pengompleks Fe-SCN
a.
Dibuat
larutan standar dengan konsentrasi 25 ppm dari larutan induk Fe3+
b.
Dipipet
sebanyak 25 mL dan dimasukkan kedalam labu takar
c.
Ditambahkan
dengan larutan HNO3 4 M sebanyak 5 mL dan larutan NH4SCN
1 M sebanyak 4 mL
d.
Didiamkan
larutan tersebut hingga terbentuk warna stabil
e.
Dibuat
kembali larutan dengan konsentrasi 20 ppm, 15 ppm, 10 ppm, dan 0 ppm
f.
Diukur
serapan pada panjang gelombang maksimum
g.
Dibuat
kurva hubungan konsentrassi dan absorbansi
3.
Penentuan Fe2+ dengan pengompleks orto-phenantrolin
a.
Dibuat
larutan dengan konsentrassi 0 ppm, 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm dan 25 ppm
b.
Dimasukkan
dalam labu takar dengan penambahan larutan CH3COONa,
hidroksilamin-HCl dan larutan orto-phenantrolin
c.
Diencerkan
hingga batas tera
d.
Dikocok
larutan agar tercampur sempurna
e.
Didiamkan
hingga terbentuk warna stabil
f.
Diukur
serapan dari sampel pada panjang gelombang maksimum.
BAB IV
HASIL
PENGAMATAN
A.
Data Pengamatan
a.
Penentuan
(panjang gelombang maksimum) dari Fe dan kompleks Fe–SCN
No.
|
Konsentrasi (ppm)
|
Absorbansi (A)
|
1
|
0,0
|
0,063
|
2
|
0,5
|
0,036
|
3
|
1
|
0,095
|
4
|
1,5
|
0,055
|
5
|
1,75
|
0,136
|
6
|
2
|
0,472
|
7
|
2,5
|
0,846
|
b.
Sampel
Air
No
|
Sampel
|
Absorbansi (A)
|
1
|
Sampel 1
|
0,070
|
2
|
Sampel 2
|
0,059
|
3
|
Sampel 3
|
0,065
|
B.
Perhitungan
1.
Penentuan
Parameter Kinerja Analisis Fe2+ dengan Pengompleks Orto-phenantroline
Gambar 4.1. Kurva Standar Fe2+ dengan Pengompleks orto-phenantroline
Dik. : y
=
0,054x + 0,014 [Fe2+]awal = 50 ppm
Vol. Fe2+ = 50 mL
ysampel 2 =
0,036
Vol. Fe2+ dipipet = 10 mL
ysampel 3 = 0,013
Dit. : sensitivitas, simpangan baku
(s), simpangan relatif (RSD),
coefficient of varians (CV), dan ketepatan ?
Peny. : sensitivitas = kemiringan (a) = 0,054
xsampel =
xsampel 1 =
= -0,167 ppm
xsampel 2 =
= 0,41 ppm
xsampel 3 =
= -0,019 ppm
xrata-rata =
=
0,074 ppm
m =
=
= 10 ppm
%ketepatan =
. 100% =
. 100% = 99,26%
s =
=
= 0,298
RSD =
=
= 4,023
CV = 4,023.
100% = 402,3%
C.
Penentuan
Parameter Kinerja Analisis Fe2+ dengan Pengompleks NH4SCN
Gambar 4.2. Kurva
Standar Fe2+ dengan Pengompleks NH4SCN
Dik. : y
= 0,399x - 0,237 m = 25 ppm
ysampel 1 =
0,070
ysampel 2 = 0,059
ysampel 3 = 0,065
Dit. : sensitivitas, simpangan baku
(s), simpangan relatif (RSD),
coefficient of varians (CV), dan ketepatan ?
Peny. : sensitivitas = kemiringan (a) = 0,399
xsampel =
xsampel
1 =
=
0,769 ppm
xsampel 2 =
=
0,741 ppm
xsampel 3 =
= 0,757 ppm
xrata-rata =
=
0,755 ppm
m =
=
= 25 ppm
%ketepatan =
. 100% =
. 100% = 96,98 %
s =
=
= 0,01407
RSD =
=
= 0,01863
CV =
. 100% = =
. 100% = 1,86%
D.
Pembahasan
Spektrofotometri UV-Visibel
merupakan metode spektrofotometri yang didasarkan pada adanya serapan sinar
pada daerah ultraviolet (UV) dan sinar tampak (Visibel) dari suatu
senyawa.Senyawa dapat dianalisis dengan metode ini jika memiliki kemampuan
menyerap pada daerah UV atau daerah tampak.Senyawa yang dapat menyerap
intensitas pada daerah UV disebut dengan kromofor, sedangkan untuk melakukan
analisis senyawa dalam daerah sinar tampak, senyawa harus memiliki warna.
Praktikum ini bertujuan untuk
penentuan parameter kinerja dari sebuah alat analisis yang dalam hal ini adalah
spektrofotometer UV-Vis dengan cara melakukan pengukuran konsentrasi ion dari
sebuah logam. Pada ujinya kita menggunakan ion Fe(III) dapat ditentukan
konsentrasinya secara spektrofotometer dengan cara mereaksikannya dengan
potassium sianida sehingga terbentuk warna kompleksnya yang dapat menyerap
warna di daerah visibelnya. Untuk menentukan kadar besi melalui
spektrofotometer, terlebih dahulu direduksi dan kemudian dikomplekskan dengan
senyawa pengompleks, sehingga terbentuklah suatu warna yang spesifik, dan ini
merupakan syarat untuk analisis menggunakan metode spektrofotometri
UV-Vis.
Jenis
besi yang digunakan pada praktikum ini adalah berupa ion besi (III), dengan
konsentrasi yang digunakan adalah 100 ppm, yang kemudian diencerkan ke dalam
beberapa konsentrasi tertentu, diantaranya 0,75 ppm, 1,5 ppm, 2,25 ppm, 3,0
ppm, 3,75 ppm. Kemudian larutan yang telah encer itu direduksi dan
dikomplekskan dengan menggunakan HNO3
dan NH4SCN hingga terbentuk warna kompleksnya. Perlakuan ini
dilakukan dengan cara memasukkan setiap larutan dengan konsentrasi tertentu
tersebut ke dalam labu ukur 25 ml yang kemudian ditambahkan dengan 1 ml HNO3
dan 4 ml NH4SCN 1 M lalu ditambah akuades hingga batas tera
dari labu tersebut, begitu juga kepada konsentrasi yang lain dilakukan
perlakuan yang sama.
Setelah
dikomplekskan barulah larutan Fe(II) dengan masing-masing konsentrasi tersebut
diukur menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Selanjutnya untuk tahap pertama
Penentuan Parameter Kinerja Analisis Fe2+ dengan Pengompleks Orto-phenantroline. Tanin
(Orto-phenantroline) merupakan senyawa kompleks yang memiliki bentuk
campuran polifenol yang Sulit untuk dipisahkan sehingga sulit membetuk kristal.
Tanin dapat diidentifikasi dengan menggunakan kromotografi Senyawa.
Pada perlakuan ini sensitivitas (kemiringan) sebesar 0,054. Untuk nilai
sensivitas sample 1, 2, dan 3 berturu-turut adalah 0,107 ppm, 0,41 ppm dan
-0,019 dan didapatkan pula rata-rata untuk sample sebesar 0,074 ppm. µ pada
sample sebesar 10 ppm. Ketepatan pada sample sebesar 99,26%. Simpangan baku
pada sample sebesar 0,298. RSD (simpangan relatif) pada sample sebesar 4,023. coefficient of varians (CV), pada sample
sebesar 402,3%. Dari data analisis di atas menunjukkan bahwa Fe2+ mengalami
kenaikan pada setiap sample dan sangat tinggi pada penggunaan pengompleks orto-phenantroline
pada coefficient of varians (CV). perbedaan
nilai absorbansi pada kedua sampel ini disebabkan karena adanya factor pengaruh
konsentrasi
Fenol yang ada pada tanin, secara biologis dapat
berguna sebagai khelat logam. Mekanisme atau proses pengkhelatan akan terjadi
sesuai dengan pola subtitusi dan pH senyawa fenol itu sendiri. Hal ini biasanya
terjadi pada tanin terhidrolisis, sehingga memiliki kemampuan untuk menjadi
pengkhelat logam.
Khelat yang dihasilkan dari tanin ini dapat
memiliki daya khelat yang kuat dan dapat membuat khlelat logam menjadi lebih
stabil dan aman di dalam tubuh. Namun, dalam mengkonsumsi tanin harus sesuai
dengan kadarnya, karena apabila terlalu sedikit (kadarnya rendah) tidak akan
memberikan efek, namun apabila mengkonsumsi terlalu banyak (kadar tinggi) dapat
mengakibatkan anemia karena zat besi yang ada dalam darah akan dikhelat oleh
senyawa tanin tersebut.
Tahap
kedua dalam Penentuan Parameter
Kinerja Analisis Fe2+ dengan Pengompleks NH4SCN. Pada perlakuan ini sensitivitas
(kemiringan) sebesar 0,399. Untuk nilai sensivitas sample 1, 2, dan 3
berturu-turut adalah 0,769ppm, 0,741 ppm dan 0,757 dan didapatkan pula
rata-rata untuk sample sebesar 0,755 ppm. µ pada sample sebesar 25 ppm.
Ketepatan pada sample sebesar 99,98%. Simpangan baku pada sample sebesar 0,01407.
RSD (simpangan relatif) pada sample sebesar 0,01863. coefficient of varians (CV), pada sample sebesar 1,86%. Dari data
analisis di atas menunjukkan bahwa Fe2+ mengalami kenaikan pada setiap sample
dan sangat rendah nilai coefficient of
varians (CV) pada penggunaan pengompleks NH4SCN.
BAB IV
SIMPULAN
Penentuan
konsentrasi ion logam Fe dalam sampel dengan instrument spektrofotometer UV–Vis
dapat ditentukan dari persamaan regresi (y = bx + a) pada kurva kalibrasi hubungan absorbansi vs konsentrasi
hasil pengukuran absorbansi sampel. Penentuan parameter kinerja analisis dari
metode instrument spektrofotometer UV–Vis dapat dilihat dari nilai validasi
yang diperoleh. Berdasarkan perhitungan diperoleh simpangan baku (standar
deviasi) diperoleh S =0,01407. simpangan
relatif (RSD) 0,01863 dan coefficient
of varians (CV) 1,86% dan ketepatan 96,98 %.
DAFTAR PUSTAKA
Behera, Siladitya ., Ghanty, Subhajit., Ahmad, Fahad., Santra, Saayak.,
Banerje, Sritoma. 2012. UV-Visible
Spectrophotometric Method Development and Validation of Assay of Paracetamol
Tablet Formulation. Analytical &
Bioanalytical Techniques Vol 3 No 6.
Dianawati,
Sisca., Dan Sugiarso, R. Djarot. 2013. Studi Gangguan Ag(I) Dalam Analisa Besi
Dengan Pengompleks 1,10-Fenantrolin Pada Ph 4,5 Secara Spektrofotometri UV-Vis.
Jurnal Sains Dan Seni Pomits. 2(2).
2337-3520
Fatimah, dkk. 2009. Pengaruh
Uranium Terhadap Analisis Thorium Menggunakan
Spektrofotometer UV-VIS. Pusat Teknologi Bahan Bakar
Nuklir-BATAN. Serpong.
Sugiyarto, H, Kristian dan Suyanti D. Retno. 2010. Kimia Anorganik Logam. Graha ilmu. Yogyakarta.
Suriansyah,
Agung.,Gusrizal., Adhitiyawarman. 2012. Perbandingan Metoda Kurva Kalibrasi Dan
Metoda Adisi Standar Pada Pengukuran
Merkuri Dalam Air Yang Memiliki Kandungan Senyawa Organik Tinggi Menggunakan
Spektrofotometer Serapan Atom. Jurnal
Kimia. 1(2).
Yong
, Ling. Wang , Yibaina. Yang , Dajin.
Liu, Zhaoping. Abernethy, Grant and
Li Jianwen. 2016. Investigation of
Concentration of Thiocyanate ion in Raw Cow’s Milk From China, New Zealand and
the Netherlands. Journal Homepage: Food Chemistry.
Tidak ada komentar:
Komentar baru tidak diizinkan.