LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA
ANORGANIK
PERCOBAAN VI
”PENENTUAN
GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP”

NAMA
: MASLAN MAPPATUNRU
STAMBUK : A1C4
14 025
KELOMPOK : II A
LABORATORIUM PENGEMBANGAN JURUSAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Zat padat dapat dibedakan antara zat padat
kristal dan amorf. Dalam kristal, atom atau molekul penyusun memiliki struktur
tetap (tetapi dalam amorf tidak) dan titik leburnya pasti. Zat padat memiliki
volume dan bentuk tetap. Ini disebabkan karena molekul-molekul dalam zat padat
menduduki tempat yang gelap dalam kristal. Molekul-molekul zat padat juga
mengalami gerakan namun sangat terbatas.
Garam
merupakan hasil reaksi antara asam dan basa, reaksinya ialah reaksi netralisasi.
Sejumlah asam dan basa murni ekuivalen yang dicampur dan larutannya diuapkan,
maka akan terdapat zat kristalin yang tertinggal yang disebut dengan garam.
Garam tidak memiliki ciri-ciri khas suatu asam atau basa, garam terdiri dari
kation dan anion. Kation dan anion tersebut ada yang merupakan ion kompleks
sehingga membentuk senyawa kompleks. Garam-garam yang mengandung ion-ion
kompleks dikenal sebagai senyawa koordinasi atau garam kompleks.
Suatu garam yang terbentuk lewat kristalisasi dari larutan campuran
sejumlah ekivalen dua atau lebih garam tertentu disebut garam rangkap.
Sedangkan garam-garam yang mengandung ion-ion kompleks dikenal sebagai senyawa
koordinasi atau garam kompleks, misalnya heksamminkobalt(III) kloroda Co(NH3)6Cl3
dan kalium heksasianoferat(III) K3Fe(CN)6. Bila suatu
kompleks dilarutkan, akan terjadi pengionan atau disosiasi, sehingga akhirnya
terbentuk kesetimbangan antara kompleks yang tersisa (tidak berdisosiasi),
komponen-komponennya.
Garam kompleks
berlainan dengan garam rangkap. Senyawa atau garam kompleks merupakan senyawa
yang terbentuk karena penggabungan dua atau lebih senyawa sederhana, yang
masing-masingnya dapat berdiri sendiri, sedangkan garam rangkap dalam larutan
akan terionisasi menjadi ion-ion
komponennya. Pembelajaran mengenai senyawa kompleks ini merupakan hal yang
penting dalam kimia anorganik, maka perlu dilakukan percobaan untuk mempelajari
pembuatan garam kompleks dan garam rangkap.
B.
Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini yaitu memahami dan mempelajari sifat dan pembuatan
garam rangkapkupri ammonium sulfat heksahidrat dan garam kompleks tetraammin
tembaga (II) sulfat monohidrat.
C.
Manfaat Praktikum
Praktikum ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa
yaitu dapat memahami
dan mempelajari sifat dan pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat dan garm kompleks tetraammin tembaga (II) sulfat
monohidrat.
D.
Prinsip Dasar
Percobaan ini didasarkan pada pembentukan garam
rangkap dan garam kompleks dari larutannya dengan mengikat sebagian molekul air
sebagai hidrat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Ion Kompleks
Cu(I) nor Cu(II) are stable ionic species in neutral and alkaline
solutions without complexing agents, NH3 or CN-. In the
presence of excess ammonia, however, Cu(I) and Cu(II) are stable as Cu(NH3)2+
and Cu(NH3)42+ in neutral and alkaline solutions, respectively. The oxidation reduction reactions of
Cu(II)/Cu(I) and Cu(I)/Cu. The oxidation-reduction potential of Cu(NH3)42+/Cu(NH3)2+ is greater
than that of Cu(NH3)2+/Cu, which indicates
that Cu(NH3)2+can work as an oxidizing agent
for metallic copper in an ammoniacal alkaline solution. Also, the
oxidation-reduction potential of Cu(I)/Cu is greater than that of hydrogen
evolution (eq. (1)), which indicates that Cu(I) can be preferentially reduced
to metallic copper (Koyama, et al., 2006).
" Cu (I) ataupun Cu (II) adalah spesies ion stabil dalam larutan
netral dan basa tanpa agen pengompleks, yaitu NH3 atau CN-.
Tembaga merupakan ion yang stabil dan netral sebagai Cu(NH3)2+
and Cu(NH3)42+. Bilanngan oksidasi reduksi dari reaksi Cu(II)/Cu(I) dan Cu(I)/Cu. Potensial oksidasi reduksi Cu(NH3)42+/Cu(NH3)2 lebih besar dari Cu(NH3)2+/Cu, yang mana Cu(NH3)2+ berperan sebagai agen oksidasi. Potensial
oksidasi reduksi Cu(I)/Cu lebih besar dari hydrogen, yang mana
Cu(I) dapat diubah menjadi logam tembaga (Cu)``(Koyama, et al., 2006).
B.
Ion ammonium
Ammonium (NH4+) ion is
often found at low levels (at ppm) or higher levels in natural waters as a
result from the pollution by sewage. For human health, ingestion of NH4+ contaminated
food may result in corrosion of mouth lining, esophagus and stomach. An elevated NH4+ blood
level is considered a strong indicator of an abnormality in nitrogen
homeostasis that related is to liver dysfunction (Ling, dkk. 2011).
"Ion ammonium (NH4+)
sering ditemukan dalam level rendah dang tinggi
(ppm) di air sebagai hasil polusi dari pembuangan air kecil manusia.
Untuk kesehatan manusia, makanan yang terkontaminasi ammonium akan menyebabkan
korosi pada dinding mulut, eksofagus, dan perut. Ion (NH4+)
dalam darah merupakan indicator kuat dari kenormalan homositas nitrogen yang
menunjukan kerusakan hati (Ling dkk. 2011).
Firstly,
ammonium thiocyanate (R1) isomerizes to give ammonium isothiocyanate (R2), due
to the facile isomerization between isothiocyanate and thiocyanate anions.
Charge density of N3 at NCSNH4+- anion in R2 is -0.631 A.U. Charge
density of H5 at in R2 is 0.443 A.U. The distance between N3 and H5 atoms
shortened from 3.281 Å to 1.049 Å. The bond would be formed between N3 and H5
in R2. Charge at N3 of NCS- anion would transfer to H7 in ammonia group when
the hydrogen atom moved to
the N3 atom due to N-H-N bending vibration. The distance between N3 and H7
atoms shortened from 3.319 Å to 2.514 Å. A hydrogen bond would form between N3
and H7. At the same time, the distance between N4 and H5 atoms lengthened from
1.755 Å to 4.298 Å. It indicates that the hydrogen bond between N4 and H5 has
been broken. As a result, R2 transferred to R3. Angle S1-C2-N3 in R1 was
179.447o Three atoms S1, C2 and N3 are on a line. It is attributed
to the fact that p-electrons at S atom were conjugated with p-electrons of
nitrile group. Angles S1-C2-N3 in R2 and R3 were 175.723o and
174.214o, respectively. Three atoms S1, C2 and N3 are nearly on a
line. It is attributed to cumulated double bonds S=C=N (zhang end Niu, 2016)
Pertama, amonium tiosianat (R1) isomerizes untuk
memberikan amonium isothiocyanate (R2), karena isomerisasi lancar antara anion
isothiocyanate dan tiosianat. Biaya kepadatan N3 di NCSNH4 +-anion R2
adalah-0.631 A.U. biaya kepadatan H5 di R2 0.443 A.U. Jarak antara N3 dan H5
atom disingkat dari 3.281 Å menjadi 1.049 Å. Obligasi dapat dibentuk antara N3
dan H5 R2. Biaya di N3 dari NCS - anion akan mentransfer ke H7 di amonia
kelompok ketika atom hidrogen pindah ke atom N3 karena getaran membungkuk
N-H-N. Jarak antara N3 dan H7 atom disingkat dari 3.319 Å menjadi 2.514 Å.
Ikatan hidrogen akan membentuk antara N3 dan H7. Pada saat yang sama, jarak
antara N4 dan H5 atom diperpanjang dari 1.755 Å untuk 4.298 Å. Ini menunjukkan
bahwa ikatan hidrogen antara N4 dan H5 telah rusak. Sebagai akibatnya, R2
ditransfer ke R3. Sudut S1-C2-N3 di R1 adalah 179.447o tiga atom S1, C2 dan N3
adalah pada baris. Ini adalah dikaitkan dengan fakta bahwa p-elektron pada S
atom adalah terkonjugasi dengan p-elektron nitril Group. Sudut S1-C2-N3 R2 dan
R3 adalah 175.723o dan 174.214o, masing-masing. Tiga atom S1, C2 dan N3 adalah
hampir pada baris. Ianya mempertalikan terakumulasi ikatan rangkap S = C = N (zhang end Niu, 2016).
C.
Kristal CuSO4.5H2O
Kristal
CuSO4.5H2O
merupakan salah satu bahan yang banyak dibutuhkan di industri.
Pemanfaatan dari CuSO4.5H2O ini sangat
luas. Diantaranya yaitu sebagai fungisida yangmerupakan pestisida yang secara
spesifik membunuh atau menghambat cendawan akibat penyakit, reagen analisa kimia,sintesis
senyawa organik, pelapisan anti fokling pada kapal,sebagai kabel tembaga,
electromagnet, papan sirkuit, solderbebas timbal, dan magneton dalam oven
microwave. Kristal CuSO4.5H2O berupa padatan kristal biru
ini dapat dibuatdengan mereaksikan tembaga dengan asam sulfat dan asam nitrat yang
kemudian dipanaskan dan hingga terbentuk kristal. Tembaga banyak digunakan pada
berbagai barang elektronik, misalnya kabel, kumparan, dan lain-lain. Logam
tembaga pada barang-barang tersebut mengandung kadar tembaga yang cukup tinggi
(Fitrony dkk, 2013).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 1 November 2016, Pukul 13:30 WITA. Bertempat di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kendari.
B.
Alat
dan Bahan
1.
Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu tabung
reaksi besar dan kecil, gelas ukur 100 mL, gelas arloji, pipet skala 1 mL, pipet
skala 5 mL, erlenmeyer 100 mL, batang pengaduk, pemanas,corong pisah,pompa
vakum,filler dan kertas saring.
2. Bahan
Bahan yang
digunakan pada percobaan ini yaitu kristal CuSO4.5H2O,
kristal (NH4)2SO4, etil alkohol, larutan
ammonia 6 M, larutan ammonia 15 M, CuSO4 anhidrat dan aquades.
C. Prosedur Kerja
1. Pembuatan
garam rangkap kristal kupri ammonium sulfat heksahidrat
a. Dilarutan 2.495 gram CuSO4.5H2O
dan 1.32 gram ammonium sulfat, dengan
10 mL aquades dalam gelas kimia 100 mL. Dipanaskan
secara perlahan – lahan sampai semua garam larut sempurna.
b. Larutan tersebut dibiarkan hingga dingin pada
temperatur kamar sampai terbentuk kristal.
c. Pendinginan campuran dilanjutkan dengan water bath,
kemudian didekantir untuk memisahkan kristal dari larutan.
d. Kristal dikeringkan dalam kertas saring.
e. Kristal ditimbang.
2.
Pembuatan garam
kompleks tetraamin copper (II) sulfat monohidrat
a. 4
mL larutan ammonia 15M dimasukkan dan diencerkan dengan 2.5 mL aquades dalam
cawan penguapan.
b. Ditimbang
2.495 gram CuSO4.5H2O dan ditambahkan kristal tersebut
kedalam ammonia sertadiaduk sampai semua kristal larut sempurna.
c. Ditambahkan
8 mL etil alkohol secara perlahan–lahan melalui dinding gelas kimia sehingga
larutan tertutupi alkohol.
d. Didiamkan
selama satu malam dan diaduk pelan–pelan untuk mengendapkan secara sempurna.
Pisahkan kristal yang terbentuk dengan didekantasi. Dipindahkan kristal dalam corong dan dicuci dengan 5 mL
ammonia 15M, kemudian dicuci dengan
5
mL etil alkohol dan dikeringkan.
e. Ditimbang
kristal kering yang dihasilkan.
3. Perbandingan
beberapa sifat garam tunggal, garam rangkap, dan garam kompleks
a. Ditempatkan
1 mL kristal kupri sulfat anhidrat kedalam tabung tes kering (tabung reaksi
kecil)dan ditambahkan 3 mL aquades. Kemudian ditambahkan larutan ammonia 6 M
tetes demi setetes.
b. 1
gram garam rangkap hasil percobaan bagian I dimasukkan dalam tabung reaksi
besar dan ditambahkan 5 mL aquades.
c. 1
gram garam kompleks hasil percobaan bagian II dimasukkan dalam tabung reaksi
besar dan ditambahkan 5 mL aquades.
d. Dibandingkan
warnanya.
e. Ditempatkan
1 gram garam kering hasil percobaan bagian 1 dan II dalam tabung reaksi yang
berbeda dan dipanaskan pelan–pelan diatas bunsen.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A.
Data
Hasil Praktikum
1. Pembuatan
Garam Rangkap Kupri Ammonium Sulfat Heksahidrat
No.
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1.
|
2.495 gram CuSO4.5H2O
+ 1.32 gram(NH4)2SO4+ 10 mL aquades
|
Larutan
berwarna biru
|
2.
|
Dibiarkan
larutan selama semalam pada temperatur kamar
|
Terbentuk
kristal warna biru
|
3.
|
Kristal
disaring menggunakan corong buchner
|
Krital
terpisah dari larutan
|
4.
|
Kristal
dikeringkan dalam pemanas
|
Kristal
terpisah dari sisa larutan
|
5.
|
Kristal
ditimbang
|
1,3633 gram
|
2. Pembuatan
Garam Kompleks Tetraammin Copper (II) Sulfat Monohidrat
No.
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1.
|
4 mL NH3
15 M + 2.5 mL aquades
|
Larutan bening
|
2.
|
Larutan
ammonia + 2.495 gram CuSO4.5H2O
|
Larutan berwarna biru tua
|
3.
|
Ditambahkan 8
mL etil alkohol
|
Terbentuk 2 lapisan
|
4.
|
Didiamkan
selama semalam
|
Terbentuk kristal warna ungu
|
5.
|
Kristal
disaring
|
Kristal terpisah dari larutan
|
6.
|
Kristal + 5 mL
etil alkohol + 5 mL ammonia 15 M
|
Kristal berwarna ungu
|
7.
|
Kristal
ditimbang
|
2,2753
gram
|
3. Perbandingan
sifat garam tunggal, garam rangkap, dan garam kompleks
No.
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1.
|
Garam rangkap
percobaan I + 5 mL aquades
|
Larutan berwarna biru
|
2.
|
Garam kompleks
percobaan II + 5 mL aquades
|
Larutan berwarna biru tua
|
3.
|
Larutan
percobaan I + 20 mL aquades
|
Larutan berwarna biru bening akibat penambahan air
|
4.
|
Larutan
percobaan II + 20 mL aquades
|
Larutan berwarna biru muda
|
5.
|
Garam rangkap
dipanaskan
|
Endapan biru
|
6.
|
Garam kompleks
dipanaskan
|
kristal berwarna biru dan melepaskan
ammonia
|
B.
Analisis
Data
1. Garam
rangkap
Berat kertas = 0,08947 gram
Berat kertas + garam = 2,26 gram
Berat garam rangkap = (Berat kertas + garam) - Berat kertas
=
2,26
-0,08947 = 1,3633
gram
Massa CuSO4.5H2O = 2.495 gram
Mr CuSO4.5H2O =
249.5 gram
Mol CuSO4.5H2O =
=
= 0.01 gram


Fraksi mol =
x 0.01 = 0.01

Mr Cu(NH4)2SO4.6H2O
= 399.5 gram/mol
Massa teoritis = fraksi mol x Mr
=
0.01 x 399.5 = 3.995 gram
% Kristal =
x100%

=
x 100% = 34,175%

2. Garam
kompleks
Berat kertas = 0,8947 gram
Berat kertas + garam = 3.17 gram
Berat garam rangkap = (Berat kertas + garam) - Berat kertas
= 3.17 -0,8947 =
2.2753 gram
Massa CuSO4.5H2O = 2.495 gram
Mr CuSO4.5H2O = 249.5 gram
Mol CuSO4.5H2O =
=
= 0.01 gram


Fraksi mol =
x 0.01 = 0.01

Mr Cu(NH3)4SO4.H2O
= 245.5 gram
Massa teoritis = fraksi mol x Mr
=
0.01 x 245.5 = 2.455 gram
% Kristal =
x100%

=
x 100% = 93.0593%

1 mol CuSO4.5H2O
4 mol NH3

Mol NH3 =
mol CuSO4.5H2O

Mol NH3 =
x 0.01 = 0.0025 mol

3. Reaksi
kimia
Garam tunggal

Garam rangkap

Garam kompleks

C.
Pembahasan
Garam akan bersifat asam jika dihasilkan dari
reaksi basa lemah dengan asam kuat dan garam akan bersifat basa jika dihasilkan
dari reaksi basa kuat dengan asam lemah, garam akan bersifat netral jika
dihasilkan dari reaksi basa kuat dan asam kuat. Proses pembentukan dari garam rangkap terjadi apabila dua
garam mengkristal bersama-sama dengan perbandingan molekul tertentu.
Garam-garam itu memiliki struktur tersendiri dan tidak harus sama dengan
struktur garam komponennya.
Garam
atau senyawa kompleks adalah garam yang tersusun atas
ion-ion kompleks. Senyawa kompleks terdiri atas atom pusat dan ligan. Atom
pusat penyusun senyawa kompleks pada umumnya berasal dari golongan logam
transisi. Pada proses pembentukan senyawa kompleks, maka terjadi perpindahan
satu atau lebih pasangan elektron dari ligan ke ion logam. Ligan bertindak sebagai pemberi elektron dan ion logam
sebagai penerima elektron. Sebagai akibat dari perpidahan kerapatan elektron
ini, pasangan elektron menjadi kepunyaan bersama antara ion logam dan ligan sehingga terbentuk
ikatan-ikatan pemberi dan penerima elektron. Selain itu, ada pula yang disebut dengan garam
rangkap. Garam rangkap berbeda dengan garam kompleks. Garam rangkap dibentuk apabila dua garam mengkristal bersama-sama dalam
perbandingan tertentu.
Berkaitan dengan hal
tersebut, pada percobaan kali ini kami mencoba membuat garam kompleks dan garam
rangkap. Bahan baku utama yang digunakan adalah padatan Tembaga (II) sulfat
pentahidroksida (CuSO4.5H2O). Dalam pembuatan garam
rangkap, padatan CuSO4.5H2O ditambahkan dengan ammonium
sulfat [(NH3)2SO4] dan dilarutkan dengan 10 mL
aquades. Pelarutan ini bertujuan agar Tembaga (II) sulfat pentahidroksida dapat
bereaksi dengan ammonium sulfat. Setelah itu, dilakukan pemanasan sambil
sekali-kali dilakukan pengadukan. Perlakuan ini bertujuan agar seluruh padatan
dapat larut sempurna dan bereaksi dengan cepat. Pada saat pelarutan, Tembaga
(II) sulfat pentahidroksida akan terurai menjadi ion-ion penyusunnya yaitu
Tembaga (II) dan ion sulfat (SO42-) serta membebaskan H2O.
Sedangkan ammonium sulfat akan terurai menjadi ion
NH4+ dan ion Sulfat.
Setelah larutan
di buat kemudian larutan di simpan satu malamgunanya untuk mendapatkan endapan
kristal. Selama proses
penyimpanan, ion-ion kristal yang terurai tadi akan kembali berikatan dan
membentuk garam kembali. Namun, garam yang terbentuk adalah garam rangkap yang
tersusun atas garam yang berasal dari garam Tembaga (II) sulfat pentahidroksida (CuSO4.5H2O)
dan garam ammonium sulfat [(NH3)2SO4]. Garam
rangkap yang terbentuk adalah Kupri ammonium sulfat heksahidrat dengan rumus
molekul CuSO4.5H2O.(NH4)2SO4.H2O atau
dapat dituliskan Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O.
Setelah diperoleh garam rangkap, dilakukan
penimbangan dan pengukuran untuk menentukan persentase hasil.
Perlakuan kedua
dengan pembuatan garam kompleks adalah Tembaga (II) sulfat pentahidrat (CuSO4.5H2O)
yang dilarutkan dalam Amoniak (NH3) 15 M yang telah diencerkan
dengan aquades. Setelah itu, dalam larutan ditambahkan 2,495 g Tembaga (II)
sulfat pentahidrat. Hasil pelarutan ini adalah larutan yang berwarna biru,
tetapi lebih pekat dari yang sebelumnya (pada pembuatan garam rangkap). Setelah
itu, ditambahkan etanol, yang bertujuan agar molekul H2O pada larutan,
dapat terikat dengan etanol sehinga dihasilkan hanya satu molekul air tetraamin
tembaga (II) sulfat monohidrat [Cu(NH3)4SO4.H2O].
Kemudian didinginkan selama semalaman agar kristal-kristal terbentuk secara
sempurna. Dari proses penyimpanan, diperoleh kristal yang berwarna agak hijau.
Kristal tersebut adalah Garam Tetraamin copper (II) sulfat monohidrat. Warna kristal yang terbentuk adalah agak
kehijauan yang merupakan salah satu ciri Tembaga dalam keadaan hampir anhidrat
(sebab hanya ada 1 molekul H2O dalam kristal).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil dan pembahasan dari percobaan ini, maka dapat disimpulkan
bahwa garam CuSO4(NH4)2 SO4.6H2O terbentuk
dari CuSO4.5H2O
dan (NH4)2SO4. Kristal garam kupriammonium sulfat berupa
kristal monoklin berwarna biru bening seberat 1,3633 gram dan
persen rendemen sebesar 34,175%. Garam kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O daro CuSO4.5H2O
dan NH3Kristal garam kompleks sebesar 2.2753 gram dengan persen rendemen sebesar 93.0593%.
DAFTAR PUSTAKA
Fitrony., Rizqy F.,
Lailatul Q., dan Mahfud.2013. Pembuatan
Kristal Tembaga Sulfat Pentahidrat (CuSO4.5H2O)
dari Tembaga Bekas Kumparan. Jurnal Teknik
Pomits Vol.2., No.1
Koyama, K., Mikiya T.,
and Jae-chun Lee.2006. Copper
Leaching Behavior from Waste Printed Circuit Board in Ammoniacal Alkaline
Solution. Materials
Transactions Vol. 47, No.7
Ling, Tan Ling., Ahmad, Musa.,Heng, Lee Yook. 2011. Quantitative Determination
of Ammonium Ion in Aqueous Environment Using Riegler’s Solution and Artificial
Neural Network. Sains Malaysiana
40(10)
Setiono, L., dan A.
Hindayana Pudjaatmaka.1985.Buku Teks
Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi Kelima. PT.
Kalman Media Pustaka: Jakarta
Zhang, Chao, Zhi., and
Niu, Meng, Xiao. 2016. Study on mechanism of isomerization between ammonium
thiocyanate and thiourea. Journal
of Molecular Structure.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar